Siapa yang tidak ingin berubah menjadi lebih baik, tapi yang namanya perubahan ada langkah-langkah yang harus dilalui untuk menjadikan diri menjadi lebih baik. Memulai suatu hal yang baru, selayaknya menemukan semangat dan ilmu yang baru. Berikut juga saat memijakkan kaki di MAN Mojosari, menjadi hal yang baru dan semestinya ada capaian baru yang mewarnai pada diri kita. Sekali lagi ini bukan pesan, karena saya bukan orang tua, tapi lebih enak dikatakan berbagi pengalaman tentang sikap, mental atau pola pikir apa saja yang baik untuk dimiliki dalam menjemput perubahan-perubahan itu.Terutama di saat julukan Siswa MAN Mojosari resmi kita sandang.
1)Tidak ada orang pinter, yang ada hanya orang yang tahu lebih dulu dan yang terlambat mengetahui. Istilah pinter itu biasa dipakai untuk orang yang banyak tahu. Jadi, jangan minder kalau temen-temen merasa lebih bodoh (maaf). Semua yang datang di dunia ini tidak berbekal pengetahuan kecuali “fitrah” (kullu mauludin yuladu ‘alal fitrah) tu dalilnya dan di Al-Quran juga ada, tapi dicari sendiri ya...!. Jadi, strategi untuk bersaing dengan yang lebih pinter, bukan dengan minder, tapi dengan mencari tahu lebih banyak.
2. Kipinteran bukan yang utama, masih ada akhlaq yang dapat membuat kehidupan ini lebih indah. Ingat, hidup ini bukan tempat lomba pinter-pinteran. Tapi tempat beradu siapa yang paling baik akhlaqnya. Ingat juga akhlaq itu membutuhkan ilmu, jadi keseimbangan antara ilmu dan akhlaq harus dijaga.
3. Allah menilai dari usaha manusia, bukan posisinya dimana. Bukan dimana atau menjadi apa, tapi bagaimana dia berusaha dan apa yang dilakukan disetiap kehidupannya. Begini ilustrasinya, biar gak bingung (ni bagi yang bingung aja ya). Jika ada seorang Kyai yang beribadah dan melalukan aktifitas seperti biasanya, tapi sudah tidak belajar lagi mendalami agama, atau apa yang dilakukan setiap hari hanya itu-itu saja, tidak ada peningkatan, kemudaian dilain pihak ada seorang pelacur yang bertobat, terus serius mendalami agama dan mengamalkanya, tentu manakah yang lebih baik saat ini?. Jadi kyai yang tidak belajar lagi itu namanya sombong, seolah-olah ilmunya sudah tinggi, padahal ilmu Allah itu sangat luas dan tidak akan ada habisnya untuk dipelajari. Dan untuk sang pelacur, tindakannya berubah haluan untuk bertaubat dan menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupannya adalah perubahan besar yang sangat terlihat, dari jalan sesat ke jalan yang benar. Tentu ini bukan suatu yang mudah dan membutuhkan pengorbanan yang besar dan Allah pasti tidak tidak menyia-nyiakan untuk membalasnya.
Hubugannya dengan sekolah, yang terpenting adalah peningkatannya. Kalau hari ini tidak bisa, mudah-mudahan besok jadi paham, lusanya bisa, esoknya lagi mahir dan seterusnya. Masih ingat sabda Nabi “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Yang penting adalah prosesnya dan sekarang tinggal menanyakan “apa yang kita lakukan hari ini?”, apa yang membedakan hari ini dengan kemarin?. dll
4. Belajar itu hiburan. Kalau banyak ilmuan dan orang-orang besar lainnya menjadikan belajar sebagai hiburan, lantas kenapa kita berpikiran belajar adalah halangan atau beban. Jadi, ini hanya pilihan dalam memilih aliran. Ni gak ada hubungannya dengan aliran Ahmadiyah lho ya..!. Kalau belajar dikatakan serius lantas Main Game apakah tidak serius?. Kan banyak yang maen game trus marah-marah karena kalah. Bahkan orang lain jadi korbannya. Ni namanya serius banget. Tapi kalu belajar, jarang yang marah-marah kecuali hanya mengatakan “aduh kepalaku pusing”.
5. Bercita-cita menjadi orang besar. Kalau kita pikir, ternyata yang berpengaruh di dunia ini bukan banyak orang tapi hanya beberapa orang. Lihat saja ilmu-ilmu yang kita pelajari, pasti bukan banyak orang yang disebut tapi beberapa orang saja. Misal disebut teori Einstein, bukan teori warga kec. Mojosari atau menurut pemikiran Ibnu Sina, bukan menurut pemikiran orang sekampung. Ya, sapa tau kita jadi salah satunya… amin
6. Sekolah itu buka gaya yang nomor satu, tapi keintelektualan dan akhlaq yang nomor satu. Kadang kita memang salah tempat saat pergi ke sekolah, dengan menempatkan gaya sebagai hal yang utama. Disamping kliru, tapi juga lucu, tidak profesioanl dan kalau menurut teori pemasaran, kita sudah salah pasar. Kata lainnya salah kamar. Seperti orang yang masuk ke masjid tapi pakai pakaian preman dan ingin cari minuman keras. Bisa-bisa jd gunjingan orang. Yang penting dalam berpenampilan itu bersih dan menutup aurat itu yang utama. Kemudian bekali dengan hal-hal yang semestinya, selayaknya sebagai anak sekolah.
7. Ikhlas. Ikhlas itu akan mendapat semuanya. Ikhlas itu adalah rangkuman dari segala niat kebaikan. Jadi, gak usah tanggung-tanggung niatnya, sekalian ikhlas aja, biar dapat semuanya. Amin
Sementara ini dulu, semua itu dijadikan pelajaran aja, kerena yang nulis juga bukan siapa-siapa, bukan orang pinter atau orang berakhlaq mulya apalagi orang besar. Lebih baik lihat kebaikannya, bukan pada siapa penulisnya. Wallu alam
Ngaji YUK !
2 Jul 2008
Bukan pesan, tapi berbagi untuk Siswa Baru
Label:
Cerita,
Pendidikan,
Seputar MAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tulisan Terkait
The best viewed on Mozilla Firefox : Blog ini akan tampil sempurnya jika dibuka di Mozilla Firefox
Tidak ada komentar:
Posting Komentar