Assalamu'alaikum Wr. Wb. -------- Selamat Datang di Blog Alumni MAN Mojosari-Mojokerto ------- Bertindak Untuk Berarti ------- Kalau anda juga Alumni atau siapa saja yang punya keterkaitan dengan Almamater MAN Mojosari, diharapkan anda juga dapat memberikan arti di blog ini. Terima kasih. ------- Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Ngaji YUK !

11 Des 2009

Gara-gara Berjenggot, Petinju Dilarang Tanding

Gara-gara Berjenggot, Petinju Dilarang Tanding - Petinju muda berbakat asal Inggris, Mohammamed Patel, harus menelan kecewa. Gara-gara beragama Islam dan membiarkan jenggotnya tumbuh, dia dilarang bertanding. Saat ini, dia sedang berpikir untuk mengakhiri karirnya di dunia olah raga.

Seperti dilaporkan situs Bolton News edisi Selasa 8 Desember, pekan ini dia semestinya tampil di depan 300 penonton yang hadir dalam acara rutin bertajuk Bolton Lads and Girl's Club Annual Boxing Night. Tiba-tiba panitia melarangnya bertanding kecuali Patel bersedia membersihkan jenggotnya.

"Saya tidak tau harus berkata apa. Saat melihat aturan pertandingan, mestinya saya bisa ikut," ujar dia. Aturan pertandingan asosiasi tinju amatir Inggris, ABAE, hanya menyebutkan bahwa petinju harus cukur bersih demi alasan kesehatan dan keamanan. Tapi di situ sama sekali tidak termuat pasal soal agama.

Hal ini pun menjadikan ulama dari Bolton Council of Mosque (BCOM), Inayat Omarji, terkejut. Dia berjanji untuk berupaya menjadikan larangan tersebut berubah. Kalau persoalan jenggot dan agama dijadikan masalah dalam dunia tinju, dia menilai, kondisi itu bakal menjadi masalah. irf (republika.co.id )

Katanya negara demokrasi dan menghargai HAM, tapi nyatanya ....???!

Read More >>

8 Okt 2009

MAN Mojosari Telah Menerapkan Pelajaran Membatik

Batim Man MojosariSaat batik dikukuhkan menjadi warisan budaya Indonesia, seni membatik makin diminati. Namun masih sedikit sekolah-sekolah yang menerapkan batik sebagai pelajaran ekstrakurikuler atau muatan lokal. MAN Mojosari adalah satunya yang telah menerapkan pelajaran membatik sebagai mulok sejak 2008.

SEORANG siswa tampak rikuh memegang alat kecil berisi cairan malam (untuk membatik). Canting, alat itu dipegang hati-hati oleh siswa sembari menyesuaikan dengan gambar motif yang sudah tergores di kain selebar satu meter.

Sementara di sampingnya, gurunya tampak pelan dan cermat membimbingnya. Pelajar MAN Mojosari ini terus melukis dengan canting. Atau tepatnya membatik, sejak ilmu turun temurun nenek moyang ini menjadi salah satu muatan lokal (mulok) di sekolah itu.

Wakasek Humas MAN Mojosari Agus Achmady, mengatakan pihak sekolah memang sengaja memasukkan ilmu batik sebagai mulok. Dengan pelajaran ''membatik'' siswa mampu mengenal batik, maka rasa nasionalismenya bisa tumbuh.

''Dengan batik ini, selain dapat ilmu baru, juga bisa menumbuhkan rasa nasionalisme bagi anak-anak,'' katanya. Katanya, anak muda sekarang lebih kenal jins dan kaos sebagai busana sehari-hari dibandingkan busana berbatik. Padahal dalam batik terkandung nilai luhur yang masih relevan di zaman sekarang.

''Kami bertujuan ingin mengenalkan batik dan mengubah pandangan bahwa buat batik itu sulit,'' kata guru kesenian, Bambang Parikesit. Atas dasar itulah, pihak dari sekolah memasukkan batik sebagai mulok. Awalnya Bambang bercerita tentang rencananya kepada Agus Achmady, yang merupakan salah satu pengurus Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). Gayung bersambut, ternyata pihak sekolah sepakat dan mendukung memasukkan batik sebagai mulok dan ekstrakurikuler.

Pada awal tahun 2008, mereka mulai merealisasikan rencana tersebut. Hal itu terbilang baru bagi sekolah pada umumnya. Karena sekolah-sekolah cenderung memasukkan mulok dan ekstrakurikuler yang mudah pengelolaannya, seperti bahasa Jawa dan bidang olahraga dan kesenian seperti band.

Itu juga yang membuat sekolah lain enggan memakai batik sebagai mulok. Guru yang mampu mengajarkan batik pun sedikit. Selain itu batik juga memiliki pakem yang ketat. Namun, kata Bambang, ia memang kebetulan memiliki keahlian di bidang batik.

Dan membutuhkan ide-ide kreatif untuk bisa memasukkan batik ke dalam gaya anak muda. Agar siswa bisa menerima sekaligus bisa mengembangkan batik nantinya.

Pada kegiatan ekstrakuriler proses pengenalan batiknya dimulai dengan pembuatan batik ikat. Yaitu batik yang dibuat dengan teknik ikat yang di dalam kainnya diberi kelereng. Pembuatannya pun cukup mudah. ''Awalnya kita buat batik ikat, karena mudah," kata Bambang dengan bersemangat.

Bentuk aplikasi batik harus mengikuti gaya anak muda. Seperti syal, slayer dan sapu tangan menjadi latihan selanjutnya. Para siswa diajak urunan untuk beli kain dan peralatan. Setelah jadi syal dan sapu tangan, siswa bisa memilikinya. Dengan begitu mereka senang sekaligus bangga dengan hasil karyanya sendiri.

Adanya penyesuaian pembelajaran batik pada siswa, juga pada tataran motif. Pihak guru membebaskan motif yang akan dibuat oleh siswa. Hal demikian ini karena untuk memenuhi pakem motif, memerlukan teknik yang ketat dan pengalaman yang lama. Sehingga banyak siswa yang mengadopsi motif sederhana seperti bunga, bahkan lambang sekolah pun tak luput diduplikasi.

Untuk bahannya, seperti kain mori, malam, pewarna dan zat pengawet, lanjut Bambang, mereka peroleh dari Surabaya. Selain itu juga didapat dari penjual perlengkapan yang masuk dalam jaringan GBKI. Penggunaan bahan dan perlatan masih belum seperti para perajin batik, karena menyangkut pendanaan.

Saat marak isu mengenai klaim batik oleh Malaysia, dampaknya para siswa pun ikut larut dan antusiasnya makin meningkat saat mulok batik berlangsung. ''Pas klaim batik oleh Malaysia, banyak siswa yang spontan meramaikan ekskul batik, " tutur Bambang. Besarnya antusias itu dimungkinkan oleh rasa memiliki terhadap batik. Sehingga rasa tidak terima, produk bangsanya dikalim bangsa lain diwujudkan dengan ikut serta di ekskul batik.

Produk batik yang telah dibuat siswa didik, pada peringatan Hari Kartini, 21 April silam, telah ikut dalam pameran dalam rangka open house. Pada saat itu ekskul batik ini juga mampu menarik minat siswa MTs yang ikut ajang pameran. ''Saat itu banyak yang ikut memegang canting dan menggoreskan,'' kata pria berperawakan tinggi besar itu.

Untuk meluaskan wawasan mengenai batik dan mewujudkan rasa cinta batik. Pihak sekolah mengadakan studi lapangan ke daerah penghasil batik. Daerah yang pernah dijadikan ajang belajar itu adalah daerah Surodinawan. Di situ mereka belajar langsung lebih dekat dengan perajin.

Ke depannya, pihak sekolah berkeinginan untuk mewajibkan siswanya memakai batik. Pembuatan taplak batik hasil buatan siswa sendiri nantinya menjadi program untuk bisa digunakan di sekolah.

Dengan adanya mulok dan ekskul batik ternyata mampu menarik rasa memiliki terhadap bangsa. Bisa belajar mengenal batik yang selama ini asing bagi anak muda. ''Harapannya mulok batik ini bisa berkembang dan bisa mengenalkan pakem batik ke para siswa," ujar pria berkacamata ini. (radar mojokerto/jawapos.co.id)

Read More >>

5 Okt 2009

AS Akan Ada Universitas Islam

AS Akan Ada Universitas Islam. Sejumlah cendekiawan dan organisasi Muslim AS, akan mendirikan Zaytuna College di Berkeley.

Mulai munculnya kepercayaan Presiden AS, Barack Husein Obama, pada umat Islam untuk menduduki tempat terhormat di parlemen, penasihat presiden, serta usaha Muslim AS menggelar shalat Jumat di Capitol Hill, pertengahan September lalu, kini umat Islam di California (AS), makin bernapas lega. Mereka bersepakat untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi (universitas) berbasis Islam di negara bagian California.

Sejumlah cendekiawan dan organisasi Muslim di Amerika Serikat (AS) akan mendirikan universitas Islam yang terakreditasi di Berkeley, California, mulai musim panas tahun depan. Universitas Islam yang akan diberi nama Zaytuna College ini, ibarat mimpi yang menjadi kenyataan bagi warga Muslim AS yang sejak lama mengumpulkan dana dan menunggu waktu yang tepat, untuk mendirikan universitas itu.

Imam Zaid Shakir, Syaikh Hamza Yusuf, dan Dr Hatem Bazian adalah tiga cendekiawan dan tokoh Muslim AS yang mencetuskan ide pembangunan universitas Islam, yang akan menggunakan motto Where Islam Meets America.

Cikal bakal dari universitas ini sudah dirintis sejak tahun 1996, ketika Hamza Yusuf mendirikan Zaytuna Institute di San Francisco, yang memberikan program pendidikan dan kursus bahasa. Lima tahun kemudian, Imam Zaid Shakir membuat proyek percontohan dengan membuka program teologi dan hukum.

Pengembangan Zaytuna Institute menjadi universitas Islam Zaytuna College, membawa misi untuk memberikan pendidikan dan menyiapkan para profesional, intelektual, dan pemuka agama agar memiliki komitmen moral yang berdasar pada tradisi keilmuan yang Islami, memiliki wawasan terhadap perkembangan budaya terkini, serta cara berpikir kritis di tengah kehidupan masyarakat modern.

Khusus untuk konflik Israel-Palestina, Shakir mengatakan, kebijakan bagaimanan konflik itu digambarkan untuk para mahasiswa akan diserahkan bahwa kebijakan masing-masing profesor yang mengajar.

''Kami berharap siapa pun yang mengajar di universitas ini, bisa melihat dampak secara menyeluruh dari isu-isu yang diangkat dari berbagai sudut pandang dan bisa memberikan penilaian yang mendalam dan benar, tentang situasi yang terjadi. Mereka juga diharapkan bisa menstimulasi para mahasiswa untuk memikirkan solusi dari konflik-konflik, dengan cara yang adil dan bijaksana,'' jelas Shakir.

Dua jurusan
Untuk tahap awal, Zaytuna College akan membuka dua jurusan, yakni jurusan bahasa Arab dan jurusan studi agama Islam serta hukum Islam. Zaytuna College membuka pendaftaran bagi siapa saja, laki-laki dan perempuan tanpa melihat latar belakang agama dan ras.

Shakir menegaskan, siapa saja boleh menjadi mahasiswa, termasuk orang-orang Yahudi yang mau belajar di universitas itu. Karena, menurutnya, di Zaytuna Institute banyak siswa Yahudi yang ikut kursus bahasa Arab.

Lebih lanjut Shakir mengatakan, kebutuhan komunitas Muslim tidak jauh berbeda dengan kebutuhan komunitas agama lain. ''Sebagai komunitas Muslim, kita perlu membangun sebuah institusi yang bisa membuat kita menjaga nilai-nilai yang kita miliki,'' kata Shakir dalam keterangan persnya di New Jersey, bersama lembaga Council for the Advancement of Muslim Professionals.

Rencana pembangunan universitas Islam Zaytuna College mendapat respons positif di AS karena dianggap menanamkan ajaran Islam moderat. Omid Safi, profesor di jurusan studi Islam University of North Carolina-Chapel Hill, mengatakan, Zaytuna College bisa menjadi institusi yang berpengaruh dalam membentuk pola pikir Muslim Amerika.

Namun, pendapat berbeda dilontarkan oleh Mahmoud Ayoub, pensiunan profesor bidang studi Islam di Temple University dan pernah bekerja untuk departemen luar negeri AS untuk urusan dunia Islam.

''Saya tidak tahu apakah akan menyekolahkan anak saya ke Zaytuna College, karena sekolah itu hanya mengajarkan soal tradisi. Generasi muda harus hidup. Saya lebih suka berbaur dengan beragam orang dan tidak suka hidup dalam ghetto (kelompok minoritas yang hidup dalam satu tempat),'' ujarnya. dia/erm/taq

Ref: http://republika.co.id/berita/80366/Universitas_Islam_Pertama_di_AS

Read More >>
The best viewed on Mozilla Firefox : Blog ini akan tampil sempurnya jika dibuka di Mozilla Firefox